JinggaMu pesona

Dulu hijau mempesona, dari dulu, kini pun masih begitu.
Jingga hadir, katanya ia jauh lebih mempesona. Ah, masa iya?
Baiklah, aku hanya sedang jatuh cinta. Aku menikmatinya pada pagi dan senja. Di terendah, di tepian, atau di tertinggi rupanya benar jingga terlalu indah untuk dilewatkan begitu saja.
Hijau tak pernah cemburu, ia selalu menarik bercengkerama dengan biru. Sedang jingga kian mempesona; saat petang menjemputnya, saat petang mengantarnya.
Sungguh ketika jingga menyapa, ialah tanda untuk kembali langitkan sujud padanya.

Dikirimkan di Life

Tinggalkan komentar